Nelayan Desa Uwedikan, Kabupaten Banggai membuat umbul-umbul sebagai tanda larangan untuk penutupan sementara lokasi tangkapan gurita. Foto: Zulkifli Mangkaw
Luwuk, Banggai-Para nelayan di Desa Uwedikan, Luwuk Timur, Banggai, tinggal menghitung hari lagi akan melangsungkan penutupan sementara di lokasi tangkapan Gurita. Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahun kemarin sangat dinantikan oleh nelayan di desa, khususnya para nelayan gurita.
Wacana penutupan lokasi penangkapan gurita memang awalnya diragukan oleh Nelayan Uwedikan. Namun keraguan itu kini mulai memudar dan wacana ini kian mulai diperhitungkan oleh warga, tentu dengan dampak positif yang sudah dirasakan oleh nelayan.
“Awalnya saya masih meraba-raba tentang program penutupan ini. Cuman setelah mengikutinya, saya merasakan betul dampaknya. Program ini sangat bagus dan perlu didukung terutama kita para nelayan gurita,” ujar Anwar Pinous, nelayan gurita Desa Uwedikan.
Awal rencana dilakukan penutupan, Anwar masih malu-malu mengatakan keraguannya terkait program penutupan sementara yang ditawarkan kepada para nelayan, menurutnya semua mustahil terjadi. Sebab, belum ada yang pernah melakukannya selama ini, apalagi para nelayan itu sendiri.
Kesadaran Anwar dan beberapa nelayan di Uwedikan terbuka setelah merasakan bagaimana hasil dari penutupan sementara yang telah mereka lakukan pada tahun 2021 kemarin. Mereka menutup sepenuhnya lima lokasi tangkapan gurita yang berada di wilayah perairan Desa Uwedikan selama tiga bulan lamanya dan dibuka kembali.
Penutupan lokasi tentunya berangkat dari kesepakatan antar nelayan, dari mendiskusikan hingga memutuskan lokasi mana saja yang berpotensi ditutup. Setelah disepakati lahirlah lima lokasi yakni; Tanjung Balean, Balaean Dalam, Marabakun, Putean, dan Pulau Panjang dengan luasan 147 hektare.
“Lokasi yang dipilih itu banyak nelayan yang mendapatkan gurita termasuk saya juga,” ujar Anwar, yang sekaligus menjabat posisi sekretaris di Kelompok Pengelola Usaha Konservasi (Kompak) Uwedikan.
Kompak sendiri adalah kelompok nelayan yang ada di Desa Uwedikan yang bergerak di bidang pengelolaan perikanan secara berkelanjutan yang turut didampingi oleh Jaring Advokasi Sumber Daya Alam (JAPESDA) selama ini.
Selain Anwar, Mansur salah satu nelayan gurita yang juga tergabung dalam Kompak, mengutarakan bahwa ia juga satu dari sekian nelayan yang tidak sabar penutupan sementara dilakukan. Alasan paling kuat Mansur adalah soal keberadaan anakan atau bayi gurita yang sudah tampak dan mulai terlihat di perairan Uwedikan dan di beberapa lokasi yang setelah penutupan pada tahun kemarin.
“Tutup saja lokasinya, sudah banyak gurita kecil. Biar bisa dipanen yang lebih besar lagi,” tegas Mansur.
Keterangan Mansur memang benar adanya, karena diperkuat dengan beberapa data tangkapan yang terdata oleh enumerator lokal desa. Dalam data itu, tangkapan nelayan bervariasi, ada yang mendapatkan gurita dengan bobot 2,5 kg dan ada juga yang mendapatkan paling kecil 400 gram atau 0,4 sebutan lokal para pengepul di desa.
Asumsi Mansur turut diperkuat dalam data yang dipaparkan pada pelaksanaan data feedback session (DFS) atau umpan balik data yang selalu dilaksanakan selama tiga bulan sekali. Pada data umpan balik data juga, memang ada tren tangkapan yang menurun karena disebabkan oleh cuaca yang tidak bagus, tapi terlihat ada tangkapan gurita kecil yang ditangkap oleh nelayan, baik untuk dikonsumsi dalam rumah tangga atau dijual ke pengepul tingkat desa. Hasil tangkapan inilah yang membuat hati Mansur dan Anwar risau dan tak sabar untuk menutup lokasi-lokasi tersebut.
Setelah melihat data yang ada, Mansur, Anwar, dan nelayan lainnya, mereka dengan saksama menganggukan kepala, bahwa penutupan memang harus segera dilangsungkan, agar bayi gurita yang mulai tumbuh dapat berkembang biak dengan baik dan bisa dipanen dalam bobot yang lebih baik juga.
Menjelang Penutupan
Gayung menyambut harapan Mansur. Penutupan Sementara lokasi tangkap gurita di Desa Uwedikan akan segera dilakukan. Melalui kesempatan yang telah disepakati bersama, tanggal 21 September 2022 dipilih sebagai hari baik untuk dilakukan penutupan, dan dibuka kembali pada 21 Desember 2022. Banyak nelayan juga menyebut, pada bulan Desember sangat jarang nelayan mendapatkan hasil panen gurita yang banyak, tapi pada tahun kemarin berhasil karena adanya penutupan, dan akan dicoba kembali peruntungannya pada tahun ini.
“Desember memang jarang sekali mendapatkan gurita kami di sini, tapi penutupan kemarin itu ada hasilnya juga,” ungkap Irham, sapaan akrab Jon, yang juga tergabung dalam Kompak dan punya posisi penting sebagai ketua Kompak Uwedikan.
Pada pembahasan diskusi-diskusi yang dilakukan anggota Kompak, mereka menyepakati wilayah yang ditutup hanya empat lokasi saja, diantaranya: Tanjung Balean, Putean, Marabakun, dan Balean Dalam. Pulau Panjang dihilangkan karena masuk dalam kawasan Balean Dalam, tapi masuk dalam wilayah yang dilakukan penutupan sementar juga.
Para nelayan berharap dengan dilakukan penutupan sementara yang kedua kalinya di Uwedikan dapat memberikan hasil yang lebih baik lagi dibandingkan hasil yang didapatkan pada penutupan sebelumnya. Hambatan dan kendala yang dialami seperti aktivitas malam hari yang dilakukan oleh orang tidak dikenal yang masuk dalam wilayah penutupan juga menjadi fokus dalam patroli pengawasan penutupan nanti, karena kekhawatiran mereka menangkap gurita saat malam hari sering diperbincangkan dan bahkan ada laporan dari nelayan desa tetangga. Masalah itulah yang menjadi pembahasan paling alot dan akan diseriusi oleh Kompak saat penutupan dilaksanakan dan patroli pengawasan pada malam hari akan diperketat.
“Kita juga harus melakukan sosialisasi yang kuat kepada desa-desa sebelah, biar mereka juga tahu tentang penutupan sementara ini,” harap Anwar.