Japesda- Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam atau Japesda ketika terbentuk pertama kali adalah jejaring dan menyatukan organisasi-organisasi berbasis lingkungan yang resah dengan berbagai peristiwa dan persoalan lingkungan di Provinsi Gorontalo. Pada awalnya, karena menyatukan berbagai organisasi Japesda dicita-citakan mampu menjadi rumah untuk memantau kebijakan.
Di tahun 2001, Gorontalo mulai memisahkan diri dari Sulawesi Utara dan secara otonom menjadi sebuah provinsi. Hal ini menjadi keresahan para pendiri Japesda saat itu,
“karena jika berkaca dari beberapa daerah lain, jika sudah menjadi otonom maka untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) daerah tersebut diberi ruang untuk mengelola potensi yang ada, termasuk kekayaan alam, Japesda lahir dengan semangat LSM yang mencoba mengontrol pemerintah lewat pengelolaan SDA yang dimanfaatkan secara berkelanjutan,” ujar Haris Malik yang akrab disapa Pak Honk. Honk adalah salah satu pendiri Japesda sekaligus mantan Direktur Japesda yang menjabat selama periode 2009-2012.
Keresahan-keresahan ini lalu terbukti, di saat yang sama setelah deklarasi Gorontalo sebagai sebuah provinsi tersendiri, isu-isu lingkungan banyak naik ke permukaan, hal ini bukan berarti sebelumnya tidak terjadi kerusakan namun ancaman terlihat jelas ketika PT. Korean Soon Choi Jaya atau PT KSC mengekspor kayu ke Korea dan Jepang, kayu yang diekspor adalah kayu yang dikumpulkan dari penebangan liar. Belum lagi pembukaan tambak besar-besaran di Kecamatan Randangan, Kabupaten Pohuwato, pengeboman ikan marak terjadi di Teluk Kwandang dan Pohuwato.
“Sementara dari 7 perusahaan HPH, 6 diantaranya ada di Gorontalo, membabat hutan dan merusak lingkungan. PT. Naga Manis membebaskan lahan2 pertanian yg dikuasai oleh rakyat dan dibayar sangat murah seharga Rp200/meter,” ujar Rahman Dako, salah satu pendiri Japesda dan mantan Direktur periode 2002-2007.
Dari beberapa kejadian yang cukup ‘meresahkan’ di atas, maka Rahman Dako, Mohammad Djufrihard, Haris Malik, Ahmad Bahsoan, Daud Pateda dan Alm. Sugeng Sutrisno melakukan inisiatif membuat sebuah organisasi jejaring yang menyatukan organisasi pemerhati lingkungan dan pecinta alam dalam satu wadah dan fokus untuk menghasilkan perubahan menuju pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan, berkeadilan serta benar-benar bisa dinikmati oleh masyarakat.
Di tanggal 15 Juni 2002, terbentuklah Jaringan Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan berubah menjadi Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam di tahun 2007, dan eksis hingga sekarang. Perubahan ini ditandai dengan keanggotaan Japesda yang secara individual bukan lagi jejaring secara organisasi.
24 tahun jika disetarakan dengan manusia adalah masa di mana perempuan maupun laki-laki sudah beranjak memasuki usia dewasa. Tak apalah jika sejenak menengok ke belakang dan melihat kembali cita-cita dan harapan dari para Pendiri dan Direktur Japesda sebelumnya.
Beberapa pertanyaan telah kami list dan kami sebarkan kepada para pendiri sekaligus direktur sebelumnya dan hingga saat ini. Dengan perasaan penuh kebanggan, kami mendokumentasikan jawaban-jawaban tersebut dalam sebuah tulisan. Hal ini diharapkan menjadi sebuah refleksi dan evaluasi dalam pelaksanaan kerja-kerja Japesda kedepannya.
Pertanyaan untuk pendiri:
Sejak awal, ketika Japesda dibangun, cita-cita apa yang di harapkan?
Rahman Dako (2002-2007): Membangun kolaborasi antar pemerhati lingkungan hidup dan pencinta alam untuk menghasilkan perubahan menuju pengelolaan sumberdaya alam yg berkelanjutan dan berkeadilan serta benar-benar bisa dinikmati oleh rakyat
Moh. Djufrihard (2007-2009): Cita-cita dibentuknya Japesda adalah mengawal dan melakukan gerakan bersama untuk menjaga kelestarian alam melalui advokasi dan kampanye pengelolaan sumberdaya alam yang adil dan berkelanjutan.
Bagaimana melihat Japesda yang saat ini sudah berumur 24 tahun?
Ahmad Bahsoan (2012-2015): Secara kelembagaan JAPESDA saat ini berkembang dan tumbuh pesat, capaian ini tentu tidak lepas dari upaya pengurus dan seluruh anggota JAPESDA untuk mengembangkan berbagai kegiatan yg berhubungan dengan Visi dan Misi lembaga. JAPESDA adalah sebuah lembaga advokasi lingkungan, hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi lembaga perkumpulan JAPESDA dgn berbagai kondisi lingkungan Gorontalo yg semakin hari semakin terdegradasi oleh kondisi kerusakan lingkungan. Program pemberdayaan masyarakat yg dilaksanakan JAPESDA saat ini merupakan bagian dari upaya utk meningkatkan daya dukung ekonomi masyarakat dan tidak lepas terhadap daya dukung bagi keseimbangan lingkungan.
Haris Malik (2009-2012): JAPESDA sudah mulai kehilangan roh “ADVOKASI” nya.
Pertanyaan untuk para Direktur:
Ketika menjadi Direktur, apakah hal-hal yang kiranya ingin dicapai?
Ahmad Bahsoan (2012-2015): Saat memimpin JAPESDA dulu, harapan yg saya sederhana saja, ingin melihat visi dan misi JAPESDA akan dicapai minimal saat itu meningkatkan posisi tawar JAPESDA terhadap berbagai kebijakan pemerintah yg tidak pro lingkungan dan ingin melihat sumberdaya JAPESDA bisa berkembang, dengan berbagai dukungan jaringan dan mitra lembaga, alhamdullillah saat ini harapan itu sdh bisa dicapai oleh pengurus yg ada sampai saat ini. Tinggal bagaimana kita saat ini memperbaiki berbagai kekurangan-kekurangan yg belum bisa dicapai dan menjadi harapan banyak orang.
Moh. Djufrihard (2007-2009): Sederhana, menjaga organisasi tetap berjalan sesuai dengan niatan, visi misi dan rencana strategis yang telag disepakati bersama anggota dan memastikan adanya pengakuan serta naiknya posisi tawar organisasi di hadapan parapihak serta memperluas wilayah layanan/dampingan dan jaringan kerja antar sesama organisasi masyarakat sipil di bidang advokasi pengelolaan sumberdaya alam serta terus mendorong penguatan kapasitas anggota organisasi dan distribusi pengetahuan secara berjenjang.
Nurain Lapolo (2018- Sekarang): Tantangan utama ketika menjadi direktur adalah meyakinkan orang-orang bahwa perempuan juga bisa memimpin lembaga. Namun saya percaya dengan beberapa orang yang mendukung dan memberikan saya kesempatan untuk memimpin, mereka memberikan saya kepercayaan bahwa perempuan bisa memimmpin dengan caranya sendiri. Saya percaya bahwa ketika orang meragukan kita, konsistenlah dengan apa yang harus kita lakukan. Ketika menjabat hal pertama yang ingin saya lakukan adalah bagaiaman lingkungan di Gorontalo bisa menjadi lebih baik dan mengupayakan sumberdaya alam itu bisa berkelanjutan dan bisa mensejahterakan masyarakat. Tapi sebelum saya mengupayakan agar masyarakat mampu memperoleh ruang dan mengelola alam secara lestari, di sini saya melihat ke dalam lembaga, apakah Japesda sendiri sudah cukup kuat untuk mengintervensi mimpi yang lebih besar tadi yang sejalan dengan visi-misi Japesda, ternyata ada beberapa yang perlu kita benahi di dalam. Pertama: SDM Japesda itu sendiri, banyak orang-orang masa itu memiliki pekerjaan di luar dan tidak lagi fokus pada kerja-kerja Japesda, sehingga saya waktu itu mencari SDM baru yang mau terutama anak muda, mereka punya kemauan belajar dan mampu mengaktualisasikan pengetahuan mereka untuk diimplementasikan sesuai dengan kerja-kerja japesda. Sehingga saya memperbaiki dulu bagaimana perencanaan yang ada di Japesda mulai dengan administrasinya, aturan-aturan yang harus ada di dalam Japesda, dan juga mengumpulkan semua data-data yang harus disuarakan sehingga ada anggota-anggota yang akan turun lapangan untuk melakukan pengecekan. Ada pembagian peran yang kita lakukan di awal untuk menyusun strategi agak kita mampu melakukan advokasi yang lebih besar.
Kedua: mencari jejaring yang bisa menyuarakan kerja-kerja kita agar lebih kuat. Karena saya tau jika Japesda bekerja sendiri Japesda belum cukup kuat untuk melakukan advokasi yang lebih besar. Sehingga di awal saya membangun kerja sama dengan ormas-ormas dan mapala, tidak hanya itu saya juga mencari jejaring dalam skala regional, nasional dan internasional saya terus membangun jejaring utnuk mendapatkan dukungan yang lebih besar.
Lalu apa saja hal-hal yang menjadi harapan untuk Japesda selanjutnya?
Rahman Dako (2002-2007): Berharap Japesda umur panjang dan konsisten menjalankan visi dan misi yg telah dilahirkan oleh pendahulu Japesda dengan perjuangan yg tidak mudah
Moh. Djufrihard (2007-2009): Tetap hadir!. Hadir dalam artian tidak sekedar terlihat namun juga aktif berbuat dan meninggalkan jejak yang baik, tetap bersikap kritis dan juga mampu menerima kritik, tetap menjaga konsistensi dan independensi gerakan masyarakat sipil melalui kerja-kerja advokasi berbasis bukti, berbasis kebutuhan akar rumput serta tidak pernah berhenti mengelola dan mendistribusikan pengetahuan serta pengalaman belajar yang telah diperoleh dari proses panjang berorganisasi.
Haris Malik (2009-2012): Lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan yg bersifat advokasi terhadap pengelolaan SDA (Tambang, Hutan, Sawit); Melakukan peningkatan kapasitas anggota di bidang advokasi
Ahmad Bahsoan (2012-2015): Harapannya ke depan, sebagai sebuah organisasi lingkungan JAPESDA bisa menjawab berbagai tantangan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yg tidak pro lingkungan dan meminggirkan hak-hak rakyat, kerja-kerja ini tentu butuh dukungan banyak pihak dan jaringan yg lebih luas lagi dan tidak lepas dari kita sebagai ujung tombak organisasi JAPESDA. Harapannya dengan dukungan kegiatan pemberdayaan masyarakat, posisi tawar JAPESDA kan lebih kuat lagi utk mendorong upaya-upaya advokasi lingkungan dan membangun jaringan yg lebih luas lagi utk mendukung upaya yg dilakukan, semoga!
Nurain Lapolo (2018- sekarang):
Pertama: Teruslah untuk konsisten untuk apa yang telah dilakukan saat ini, kerja-kerja yang baik dilakukan dan beberapa kegagalan mungkin bisa dijadikan pembelajaran dan kita carikan strategi yang baik untuk bisa mengatasi tantangan maupun kegagalan yang kita hadapi; Kedua: teruslah berkolaborasi dengan banyak pihak untuk memperkuat isu yang kita kerjakan agak niatan kita untuk melakukan ataupun memperjuangkan bagaimana sumberdaya alam itu bisa dikelola secara lestari dan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan juga alam bisa memulihkan dirinya secara sendiri itu bisa lebih kuat lagi; Ketiga: saya berharap akan banyak lagi anak-anak muda di Japesda yang punya kemauan belajar sebagai generasi penerus yang terus menyuarakan isu-isu yang sejalan dengan visi-misi japesda; Terakhir: Janagan pernah berhenti untuk terus berjuang, dan mengupayakan bagaimana lingkungan kita bisa lebih baik, karena kalau kita abai ini bisa menjadi resiko krisis iklim yang lebih parah lagi di masa yang akan datang. Sehingga saya berharap ada komitmen bersama dari semua orang terutama anggota Japesda untuk terus terlibat menjalankan mandat dari visi-misi lembaga itu sendiri. Semangat teruslah berjuang, panjang umur perjuangan!**