Japesda

Mengembalikan Predator Alami Menggunakan Pestisida Nabati

Petani Desa Ilomata mempraktekkan pembuatan pestisida nabati, Jumat (9/2).
Foto: Ummul Uffia

Japesda – Penggunaan pupuk anorganik pada skala petani telah sering dan sangat lumrah terjadi. Kondisi ini juga terjadi di Desa Ilomata, Kecamatan Bolango Ulu, Kabupaten Bone Bolango. Petani awalnya diberikan program pemerintah berupa jagung dan pupuk anorganik, lama-kelamaan petani ini mulai terbiasa dan mencari sendiri.

Penggunaan pupuk anorganik yang tergolong instan, tidak serta merta menjadi solusi pertanian, karena pupuk- pupuk ini selain mahal dan tidak berbanding lurus dengan pendapatan masyarakat, penggunaan pupuk anorganik di area pertanian juga akan menghilangkan ekosistem yang ada pada tumbuhan.

Contohnya, dalam satu kali penyemprotan, pupuk anorganik akan membunuh hama, predator alami hama hingga rumpu-rumput yang sebenarnya baik untuk tumbuhan tersebut.

Terri Repi, salah satau dosen di Universitas Muhammadiyah Gorontalo dan juga pegiat lingkungan di Gorontalo, mengenalkan pemanfaatan bahan alami lokal yang dapat dijadikan pestisida alami kepada petani yang ada di Desa Ilomata. Pestisida nabati ini tidak hanya membantu mengatasi hama pada tumbuhan, namun juga mampu untuk menarik kembali predator alami hama tanaman.

“Sejatinya hama memiliki predator alami masing-masing, karena penggunaan pupuk anorganik hama ini ikutan disemprot dan mati. Sebenarnya pada tumbuhan ada hewan-hewan baik yang secara alamiah akan memakan hama pada tanaman,” ucap Terri, Jumat, 9 Februari 2024.

Terri Repi menjelaskan kepada petani Desa Ilomata cara penggunaan pestisida nabati, Jumat (9/2). Foto: Ummul Uffia

Japesda menggandeng akademisi dan penggiat lingkungan ini untuk pengenalan pestisida nabati kepada masyarakat Ilomata. Sejak pagi mereka berbondong-bondong menyiapkan bahan yang telah dikumpulkan sebelumnya untuk digunakan dalam membuat pestisida nabati. Bahan-bahan ini adalah bahan yang terdiri dari tanaman-tanaman yang dapat ditemukan di lingkungan masyarakat desa. Beberapa di antaranya: daun pepaya, daun sirsak, sereh, tembakau, bawang putih, gulma siam, babandotan dan lain sebagainnya.

“Tanaman saya baru saja saya tanam, saya akan mencoba apa yang diajarkan oleh tim Japesda, dengan ini mungkin bisa menghemat uang untuk pembelian pupuk,” ucap Aminah Mooduto, salah satu petani jagung di desa ilomata.

Selain Aminah, hal ini juga menjadi harapan Ishak Rauf, salah satu petani desa ilomata. Menurut Ishak, hama wereng sering sekali mengganggu pertanian mereka, maka dengan adanya pengenalan pestisida nabati, ia berharap masalah-masalah pertanian di desa Ilomata sedikit-demi sedikit mulai teratasi,

“Wereng itu paling banyak, cabai saya banyak yang menghitam. Dengan bahan-bahan yang diajarkan semoga bisa mengatasi hama yang ada di desa,” ucap Ishak bersemangat.
Sebelum membuat pestisida nabati, menurut Terri langkah awal adalah membuat perekat alami. Perekat alami ini berfungsi untuk merekatkan pestisida pada tubuh tanaman sehingga khasiatnya tidak cepat hilang jika terkena hujan.

Sama dengan bahan-bahan untuk pestisida, perekat alami juga menggunakan bahan-bahan alami lokal yang mudah untuk dijumpai oleh masyarakat, seperti: campuran antara daun jerak, kasumbali dan minyak kelapa; campuran daun randu/ kapuk dan larutan dari bekas pembakaran kayu untuk mendapatkan unsur alkali/ kalium hiroksida; bisa juga menggunakan lidah buaya; dan juga campuran telur ayam dan minyak goreng. Masing-masing bahan memiliki perbandingan bahan untuk digunakan.

Percobaan pestisida nabati di salah satu tanaman cabai milik warga Desa Ilomata yang terkena hama, Jumat (9/2). Foto: Ummul Uffia.

Keseluruhan bahan, baik untuk perekat maupun pestisida nabati lebih baik di cacah lalu blender dan dicampurkan air. Campuran ini kemudian akan didiamkan selama semalaman. Pencampuran bahan-bahan pestisida dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan hama yang menyerang tanaman.

Contohnya, hama ulat yang sering ada pada jagung, hal ini dapat diatasi dengan campuran bawang putih, kasumbali, kunyit dan lengkuas. Semua bahan kemudian dicacah dan diblender dengan air, cairan ini lalu didiamkan selama 1×24 jam.

Setelah itu pengaplikasian cairan pestisida nabati biasanya menggunakan 50-200ml untuk 1L air, tergantung bahan yang digunakan. Untuk penggunaan cairan perekat alami menggunakan 50-100ml untuk tanki semprot kapasitas 16L. Proses penyemprotan dapat dilakukan dalam jangka waktu 10 hari per sekali penyemprotan.

Nurain Lapolo, Direktur Japesda, berharap apa yang diajarkan akan diterapkan dan dapat membantu masyarakat.

“Kedepannya kami ingin membuat buku saku yang berisi pembuatan pestisida nabati ini sehingga dapat menjadi pegangan petani dan bermanfaat untuk mereka.”

Selain penggunaan pestisida alami, Terri Repi juga menyarankan petani Desa Ilomata untuk menanam tanaman yang dapat mengundang hewan-hewan baik yang dapat membantu pertumbuhan tanaman, beberapa di antaranya seperti: bunga kenikil, bunga kertas, bunga tahi ayam, dan beberapa tanaman lain.*

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *