Japesda

Puasa selama enam bulan, Nelayan Desa Torosiaje Serumpun memanen gurita di tiga lokasi penutupan

Japesda- Setelah ditutup selama enam bulan lamanya, akhirnya para nelayan di Desa Torosiaje Serumpun: Desa Torosiaje, Desa Torsiaje Jaya dan Desa Bumi Bahari dapat memanen tiga lokasi yang telah ditutup sejak tanggal 4 November 2023. Pembukaan area tangkap ini dihadiri langsung oleh beberapa stakeholder yaitu Pemdes Torosiaje, BPD, tokoh masyarakat, tokoh adat, pengepul, nelayan perempuan, Kelompok Sipakullong, karang taruna, Bumdes, tokoh perempuan dan masyarakat desa.

Acara pembukaan ini dilakukan pada Selasa, 7 Mei dan dibuka langsung oleh Sutrisno Buluwa selaku ketua BPD dan diikutsertakan dengan pemberian alat penangkapan gurita berupa Pocong, Katang dan Panah sebagai penanda bahwa sudah waktunya gurita untuk ditangkap. Pocong dan Katang merupakan alat tangkap tradisional yang sering digunakan oleh nelayan desa. Pada pembukaan ini, Sutrisno mengaku mengapresiasi kerja-kerja Japesda dan para nelayan yang ikut serta dalam proses buka tutup area tangkap ini,

“harapan dari pemerintah desa semoga pembukaan pada besok hari mendapatkan hasil yang banyak, sesuai dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat atau nelayan terutama Kelompok Sipakullong.⁠” Ucap Sutrisno.

Pembukaan area tangkap ini telah dirapatkan dan didiskusinya pada beberapa hari sebelumnya di Sabtu, 4 Mei. Pada pertemuan tersebut melahirkan beberapa hasil diskusi di antaranya: Kesepakatan waktu pembukaaan area tangkap gurita; Teknis pembukaan area tangkap; Pelarangan ukurang tangkap gurita di bawah bobot 0,4 kg dan pelarangan penggunaan kompesor dan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan; Waktu penangkapan dan keberangkatan menuju lokasi; Batas waktu penangkapan untuk dilakukan pengukuran; Lokasi pengukuran hasil tangkapan serta penggunaan ritual adat sebelum dilakukan pembukaan.

Catatan ini dimuat dalam Berita Acara Musyawarah Kesepakatan Pembukaan Lokasi Penutupan Sementara dan ditandatangani oleh Ketua Kelompok Sipakullong, Anggota Kelompok Sipakullong, pengepul, nelayan, enumerator, dan tokoh adat.

Proses ritual adat Tiba Kalongko yang dilakukan oleh Siding Salihin, Selasa (7/5). Foto: Japesda

Mengacu kepada berita acara yang telah ditandatangani, kegiatan ini juga dirangkaikan dengan ritual adat berupa Tiba Kalongko yang dilakukan langsung oleh tokoh adat: Siding Salihin. Menurut beliau bahwa ritual adat ini penting dilakukan sebagai bentuk rasa Syukur dan doa untuk kelancaran proses penangkapan, “ini penting karena kita harus bersyukur atas rejeki yang diperoleh dari laut dan semoga para nelayan diberikan kemudahan dalam memanen.”

Pembukaan ini lalu diakhiri dengan diangkatnya bendera dan pelepasan pelampung sebagai tanda bahwa lokasi penutupan telah dibuka untuk dilakukan penangkapan gurita. Pelepasan bendera ini dilakukan oleh Abd. Khalik Mappa selaku ketua kelompok.

“saya berharap dengan adanya penutupan selama enam bulan bulan dan hari ini dilakukan pembukaan, maka harapannya semoga ada hasil yang lebih baik,” ujar Abd. Khalik.

Keesokan harinya, Rabu, 8 Mei para nelayan berbondong-bondong pergi ke tiga lokasi penutupan yang telah dibuka, yaitu: Lana Bonda, Lana Darat dan Lana Mbok Meo. Nelayan yang turun hari ini hampir mencapai jumlah 50 orang dengan menggunakan 20 buah kapal yang ditumpangi lebih dari satu orang untuk per kapalnya. Bukan hanya nelayan laki-laki, nelayan perempuan juga ikut serta dan antusias dalam melakukan penangkapan ini.

Antusias nelayan ini dapat dilihat dari persiapan yang telah dilakukan, salah satunya adalah persiapan yang dilakukan oleh Moji Tiok, dengan gembira Moji memperlihatkan alat tangkap miliknya, “demi menunggu waktu pembukaan, kami sudah menyiapkan alat tangkap yang baru seperti katang, bahkan kami memperbaiki nya dan membuat yang baru,” ujarnya sembari tersenyum.

Enumerator sedang menimbang dan mencatat hasil tangkapan nelayan, Rabu (8/5). Foto: Japesda

Menurut tim enumerator tiga area penutupan ini dipilih karena melihat pada data dan informasi dari nelayan sebelumnya selama dua tahun belakangan, ketiga lokasi ini memiliki gurita, namun ukuran dan bobotnya tergolong kecil, sehingga nelayan memilih untuk tidak beraktivitas dan menangkap gurita di tiga lokasi tersebut. Setelah dilakukan penutupan selama enam bulan enumerator mencatat bobot gurita lebih besar dari sebelum dilakukannya buka tutup area tangkap.

Terbilang tangkapan gurita pada hari pembukaan ini mencapai total bobot 57 Kg dengan rata-rata jumlah tangkapan mencapai 5-6 ekor per orang. Bobot rata-rata per gurita mencapai lebih dari 1Kg. Selain itu menurut nelayan bahwa pembukaan kali ini banyak gurita yang memiliki tentakel terputus, juga kondisi perairan yang keruh. Namun hal ini tidak berpengaruh karena nelayan tetap mampu menangkap gurita dengan jumlah banyak. **

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *