Japesda

Refleksi Membangun Ketahanan Ekonomi dan Ekologi di Kebun Agroforestry

Japesda- Bertempat di rumah salah satu petani yang menerapkan agroforestry di Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Japesda melakukan diskusi refleksi bersama Pemerintah Desa dan Petani dari Desa Ilomata, Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, Sabtu, 15 Juni 2024.

Diskusi ini dirangkaikan dengan ulang tahun Japesda yang ke-24 tahun. Dalam kegiatan ini, petani diajak untuk berkeliling melihat kebun campur milik Wahyudin Hasan yang telah dikembangkan sejak tahun 2016. Kebun campur milik Wahyudin menggunakan teknik agroforestry.

Sistem ini menggunakan teknik bertani yang mengandalkan satu lahan yang sama, di mana lahan ini ditanami tanaman tahunan dan dipadukan dengan tanaman musiman serta diatur jarak tanamnya. Hal ini berguna untuk mengatasi pembukaan dan alihfungsi lahan serta mendukung ketahanan pangan.

“Kebun campur ini kalau kita sabar bisa membantu dalam hal perekonomian, karena secara ekonomi pertanian campur lebih menghasilkan, harusnya hal ini dapat menjadi alasan yang kuat agar petani berpindah dari pertanian monokultur ke pertanian campur,” ujar Wahyudin sembari memberikan edukasi mengenai cara mempercepat pembuahan tanaman pada petani Desa Ilomata di kebun miliknya, Sabtu, (16/6).

Menurutnya kebun campur juga membantu dalam menopang ketersediaan udara bersih dan membantu dalam pencegahan longsor. Selain lebih menghasilkan, perkebunan campur juga lebih baik dalam menjaga lingkungan, kesuburan tanah dan ketersediaan oksigen karena tanaman tahunan dapat membantu dalam pelepasan oksigen sehingga memberikan perasaan sejuk.

Kebun campur ini jelas dimanfaatkan dengan baik oleh Wahyudin, hal ini dapat dilihat dari adanya kandang kambing yang tepat berada di bagian atas kebun. Kotoran yang didapatkan dari kambing akan dibuat pupuk organik untuk tanaman dan tanaman gamal yang ia tanam berguna sebagai pakan untuk hewan ternak miliknya. Selain bertani secara terintegrasi, Wahyudin juga melakukan pembibitan, sehingga petani yang datang belajar ke lahan miliknya akan ia berika bibit untuk mereka tanami di lahan mereka.

Pembibitan yang dilakukan di lahan campur milik Wahyudin Hasan. Desa Dulamayo Selatan, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo, Sabtu, (16/6). Foto: Ummul Uffia.

“Petani yang datang saya bebaskan untuk mengambil bibit karena hal ini akan memupuk semangat mereka untuk beralih ke perkebunan campur,” lanjut Wahyudin lagi.

Pada evaluasi kali ini, petani dari Desa Ilomata melihat langsung bagaimana praktek kebun campur yang memiliki banyak manfaat, termasuk manfaat dalam menjaga lingkungan.

Di Desa Ilomata sendiri, jagung telah menjadi komoditi utama dalam menunjang perekonomian masyarakat dalam beberapa tahun belakangan. Saat pendampingan dilakukan oleh Japesda, masyarakat mulai mengetahui dampak negatif akibat pertanian jagung. Tanah yang berkali-kali ditanami jagung dan menggunakan pupuk kimia akan merusak dan menghilangkan unsur hara tanah sehingga tanah menjadi berpasir, berbatu dan tidak lagi subur untuk ditanami.

Menyadari degradasi lingkungan yang terjadi di lahan mereka, petani Ilomata lalu mempraktekkan pertanian agroforestry di lahan pertanian mereka sendiri. Hampir setiap minggunya, para petani yang tergabung dalam kelompok Pelayanan Usaha Masyarakat berbasis Konservasi (PUMK) Cahaya Terang Ilomata bergotong royong membuat teras di salah satu lahan milik warga secara bergilir.

Rahman Kasupu, Ketua kelompok PUMK Cahaya Terang Ilomata, mengungkapkan bahwa terkait dengan model pertanian agroforestry, sejauh ini kendala yang dialami adalah kurangnya bibit yang akan ditanam. Ia dan anggota kelompok mengalami kendala dalam memperoleh bibit.

“Selebihnya kami tidak mempunyai kendala karena anggota kelompok sangat bersemangat, apalagi ke depannya kami berniat melakukan hal yang sama di desa-desa tetangga, bukan hanya di Desa Ilomata saja,” kata Rahman.

Diskusi terbuka bersama Petani Desa Ilomata mengenai evaluasi dan kendala yang didapatkan di lapangan. Sabtu, (16/6). Foto: Ummul Uffia.

Menanggapi hal tersebut, Danial Yunus selaku Sekertaris Desa Ilomata mengungkapkan bahwa perlu adanya alokasi dana tambahan untuk menunjang gerakan-gerakan pertanian yang dilakukan di Desa Ilomata. Menurut Danial dalam anggaran pembangunan desa belum dialokasikan dengan baik dan memiliki sisa sebesar Rp10.000.000, sehingga aparat Desa Ilomata memilih untuk mengalokasikan dana desa untuk kebutuhan pengadaan bibit.

“Terkait dengan bibit kami mengandalkan dari uang sisa yang dimiliki desa, ke depannya akan kita kawal dan arahkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) untuk pengadaan bibit agar bisa menunjang kesejahteraan petani” ujar Danial.

Desa Ilomata merupakan salah satu desa yang berada dekat atau berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, di Kecamatan Bolango Ulu, Kabupaten Bone Bolango. Sebagai desa penyangga di kawasan konservasi, Desa Ilomata sangat rentan dengan berbagai permasalahan lingkungan, termasuk krisis iklim.

Sehingga dengan adanya praktik pengelolaan pertanian secara lestari yang didukung oleh banyak pihak ini, diharapkan mampu memperkuat ketahanan dan juga kemandirian pangan, serta kesejahteraan para petani di Desa Ilomata.**

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *