Japesda – Nelayan atau pencari ikan mungkin terlihat sepele di mata kita, karena hal ini cukup lumrah untuk kita temukan, bahkan biasanya para nelayan ini adalah teman kita, tetangga, saudara hingga ayah atau adik dan kakak kita sendiri. Tingginya permintaan pasar terhadap hasil laut, membuat profesi nelayan ikut berperan penting dalam pemenuhan pangan lokal maupun global.
Tapi tahukah kamu kalau nelayan adalah salah satu profesi paling berbahaya di dunia, tingkatan berbahaya ini meliputi resiko keselamatan kerja yang minim dan tingginya kecelakaan laut yang menelan korban jiwa.
Dalam laporan Fish Safety Foundation di tahun 2022 ditemukan bahwa ada sekitar 100.000 kasus kecelakaan hingga kematian di laut, yang melibatkan nelayan negara-negara berkembang ketika sedang melaut. Ini menunjukkan tingkat resiko tinggi melibatkan pekerjaan nelayan yang mengharuskan mereka untuk turun mencari ikan setiap harinya. Untuk menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan nelayan, perlu untuk memberikan pembekalan kepada nelayan mengenai penyelamatan pertama ketika terjadi kecelakaan laut.
Melihat tingginya resiko kerja nelayan, Japesda bersama pemerintah desa, masyarakat dan karang taruna Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, melakukan pelatihan keselamatan di laut atau safety at sea yang dibina langsung oleh Basarnas Pos SAR Luwuk. Kegiatan ini berlangsung di hari Rabu, 13 November 2024 bertempat di keramba ikan milik masyarakat. Tempat ini dipilih karena luas dan dekat dengan laut ketika praktik akan dilakukan.
Dalam kegiatan ini peserta diberikan pemahaman mengenai cara pengamanan utama ketika terjadi kecelakaan laut dan cara mengevakuasi korban ketika kecelakaan terjadi. Basarnas Pos SAR Luwuk, Juniko mengungkapkan bahwa ketika terjadi kecelakaan laut, hal utama yang perlu dilakukan nelayan adalah mencari alat bantu seperti kayu, jerigen dan alat-alat lain yang bisa digunakan sebagai pelampung.
“Kalau kita memaksakan diri untuk berenang, hal ini akan membuat kita lebih cepat lelah dan berakibat pada daya tahan tubuh sehingga resikonya akan lebih tinggi,” ujar Juniko.
Arjuna, seorang nelayan perempuan Desa Uwedikan yang juga mengikuti pelatihan keselamatan laut megungkapkan bahwa banyak sekali hal-hal yang ia dapatkan dari pelatihan keselamatan di laut. Dalam pelatihan ini Arjuna baru mengetahui pentingnya menyiapkan alat-alat penyelamatan sederhana di kapal ketika ingin turun melaut.
“Kalau mau pergi melaut kami (nelayan) perlu menyiapkan alat-alat seperti tali jerigen sama obat-obatan, karena kalau kecelakaan dan tidak ada yang menolong kita bisa lama sendirian di laut,” ujarnya.
Menurut Arjuna alat-alat yang dibawa nelayan nantinya bukan hanya untuk menyelamatkan diri sendiri tapi juga bisa berguna untuk menyelamatkan orang lain ketika mereka bertemu nelayan lain yang sedang mengalami kecelakaan. Pelatihan menyelamatkan orang lain juga didapatkan dalam pelatihan keselamatan laut, menurut Juniko hal terpenting dari penyelamatan di laut adalah memastikan bahwa penyelamat dalam keadaan aman.
“Penggunaan tubuh dengan baik untuk melakukan pemindahan korban agar tidak terjadi cedera pada penolong,” lanjut Juniko. **