Japesda – Setelah ditutup selama tiga bulan, akhirnya dilakukan peresmian pembukaan lokasi tangkap gurita di Desa Kadoda, Kecamatan Talatako, Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah, 17 Januari 2023. Lokasi penutupan di desa tersebut resmi dibuka dan nelayan bebas melakukan aktivitas penangkapan gurita.
Pembukaan lokasi tangkap ini dilakukan dua kali, hari pertama yang dipimpin oleh pemerintah desa dan pemuka agama, dan hari kedua dengan mengundang pihak Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tojo Una-Una, serta pemerintah kecamatan. Namun cuaca buruk di daerah kepulauan menjadi penghambat.
Namun melalui Kelompok Nelayan Konservasi Kogito, Jaring Advokasi Pengelolaan Sumberdaya Alam (JAPESDA), serta pemerintah desa Kadoda berhasil memperlihatkan bukti tangkapan gurita yang meningkat dari model pengelolaan perikanan berkelanjutan dengan menggunakan cara menutup lokasi tangkap itu. Penutupan sendiri sebagaimana diketahui telah dimulai sejak 17 Oktober 2022 di lokasi tangkap bernama Reef Dambulalo dengan luas 8 hektar, dan Reef Perairan Kadoda seluas 41 hektar.
Metode buka tutup sementara lokasi tangkap memang perdana diterapkan dan dilakukan di Kabupaten Tojo Una-Una khususnya Desa Kadoda. Dampak positif sudah dirasakan nelayan. Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh enumerator dari Desa Kadoda, tangkapan gurita hanya setengah hari dengan kondisi cuaca yang tidak begitu bagus namun mencapai 185,4 kilogram pada hari pertama pembukaan lokasi penutupan.
Hal itu berbanding lurus dengan pengakuan Ramsi Akarim, salah seorang nelayan. Menurutnya saat pembukaan itu, setiap nelayan di desanya mampu menangkap gurita 6 hingga 11 ekor, bahkan semua hasil tangkapan nelayan memiliki ukuran yang besar atau size A dan B itu berarti rata-rata tangkapan berkisar 1 Kg sampai 2 Kg lebih. Tangkapan itu tidak seperti sebelum dilakukan metode buka tutup, menurutnya ada perubahan tangkapan cukup signifikan, padahal nelayan turun melaut pada cuaca yang kurang baik.
“Saya merasa senang dan bersemangat pergi menangkap gurita. Ya, biarpun gurita sekarang ini harganya cukup rendah,” kata Ramsi yang juga merupakan anggota kelompok Nelayan Kogito.
Arif, nelayan lainnya juga mengungkapkan rasa syukurnya ketika pembukaan lokasi tangkap. Menurutnya metode penutupan sementra itu membuatnya mendapat hasil yang memuaskan. Demikian juga dengan jumlah dan bobot hasil tangkapannya.
“Selama tiga bulan ditutup membuktikan hasil yang memuaskan buat saya,” kata Arif.
Ada hal unik yang dialami Arif saat pembukaan. Sewaktu tengah memancing gurita dengan alat tangkap yang disebut gara-gara di lokasi penutupan sementara, ia dibuat gelagapan oleh tiga ekor gurita besar yang tiba-tiba mengejar alat tangkapnya. Pengalam itu pertama kali ia alami dan membuatnya sangat senang dan takjub.
“Saya kaget ada yang seperti itu. Saya berpikir padahal lokasi yang ditutup tidak luas, terus bagaimana kalau lokasinya penutupan itu luas?” ungkap Arif membayangkan jika lokasinya penutupan diperluas.
Sementara itu Ketua Kelompok Nelayan Kogito, Sardin Matorang mengatakan, kegiatan yang telah diinisiasi oleh JAPESDA dengan metode buka tutup itu telah memberikan kesadaran kepada nelayan maupun kelompok dalam mengelola sumber daya alam yang ada di desa. Tentu harapannya nelayan di Desa Kadoda mampu mengelola perikanan yang baik dan meningkatkan ekonomi nelayan secara mandiri dengan cara mengadopsi kegiatan yang sudah dilakukan seperti ini.
“Japesda hanya menjadi sebagai stimulan agar kita semua bisa sadar dan bergerak mengelola semua sumber daya yang ada di desa ini,” kata Sarding pada seremoni kegiatan pembukaan penutupan sementra di Pulau Papan, Desa Kadoda, Rabu, 18 Januari 2023.
Sardin juga berharap bahwa hal baik yang dilakukan kelompoknya dapat diintervensi oleh Pemerintah Desa. Harapannya kegiatan penutupan sementara lokasi tangkap gurita dapat dilakukan terus menerus oleh nelayan. Tentu keinginan penutupan lokasi tersebut atas keinginan seluruh anggota kelompoknya.
“Kami berharap pemerintah desa dan kelompok nelayan konservasi Kogito ini bisa bekerjasama dengan desa. Itu yang kami minta dari desa,” harap Sarding matorang.
Ungkapan serupa juga dikatakan Titania Aminullah, pendamping JAPESDA di Desa Kadoda. Ia mengatakan kegiatan yang baik ini perlu didorong menjadi program yang dijalankan oleh pemerintah desa, tentunya bersama Kelompok Kogito.
“Kami juga mengharapkan hal yang sama bahwa kegiatan pengelolaan perikanan yang sudah terbukti ini perlu didorong menjadi milik desa,” kata Tania, sapaan akrabnya.
Tania menekankan bahwa di Desa Kadoda sendiri saat ini tinggal menunggu pengesahan Peraturan Desa (Perdes) mengenai pengelolaan perikanan skala kecil berkelanjutan. Dengan adanya Perdes ini maka kegiatan penutupan yang dijalankan kelompok telah memiliki dasar hukumnya di level desa, dan harapannya bisa berjalan maksimal.
Merespon keinginan nelayan untuk melanjutkan kegiatan penutupan sementara, Kepala Desa Kadoda, Derwan Karaba menjanjikan dukungan terhadap kegiatan yang dilakukan Kelompok Nelayan Kogito.
“Pemerintah Desa pasti akan mendukung kegiatan pengelolaan perikanan dengan model buka tutup ini karena telah memberikan bukti dan hasil yang bagus,” kata Derwan.
Ia menambahkan setelah penutupan terdapat perubahan dari segi tangkapan. Terutama di lokasi reef perairan Kadoda menyumbang jumlah tangkapan nelayan. Menurutnya itu terjadi karena perbedaan luas wilayah penutupan dengan reef Dambulalo yang hanya 8 hektar.
“Saya sebagai pemerintah desa sangat berterima kasih dengan adanya kegiatan atau program yang dijalankan oleh Japesda di desa kami,” tutup Darwan.*