Perkumpulan Japesda

World Rivers Day: 2025 Warga Ilomata Kembangkan Wisata Sungai dan Agroforestri

Dari Ilomata untuk sungai dunia. Jaga aliran, rawat kehidupan.

JAPESDA – Setiap tahun, pada hari Minggu keempat di bulan September, dunia memperingati Hari Sungai Sedunia (World Rivers Day). Pada tahun 2025, peringatan ini jatuh pada tanggal 28 September. Gagasan ini berawal dari inisiatif Mark Angelo, seorang pakar konservasi sungai ternama asal Kanada, yang pertama kali mempromosikan “Hari Sungai British Columbia” pada 1980.

Perayaan hari sungai sedunia menyoroti nilai-nilai penting sungai-sungai yang ada di sekitar kita, berusaha meningkatkan kesadaran publik, dan mendorong pengelolaan yang lebih baik terhadap semua sungai di seluruh dunia. Sungai-sungai di hampir setiap negara menghadapi berbagai ancaman, dan hanya melalui keterlibatan aktif dari semua pihak, dapat memastikan kesehatan sungai di tahun-tahun mendatang.

Di Gorontalo, perayaan hari sungai sedunia digelar dengan kolaborasi antara Japesda, SIEJ (The Society of Indonesians Environmental Journalism), dan masyarakat Desa Ilomata, desa berbatasan dengan hutan dan juga penyanggah di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.

Peringatan hari sungai sedunia itu dilakukan dengan mengajak komunitas dan relawan muda serta karang taruna desa untuk melakukan susur sungai yang dilakukan bersamaan kegiatan orienteering, dan melihat langsung keanekaragaman hayati yang ada di sungai di Desa Ilomata serta menikmati kejernihan air sungai.

Pada malam hari, dihelat diskusi mengenai sungai dengan tajuk “Kabar Ekologi Gorontalo”. Kegiatan lainnya adalah melihat langsung rumah produksi pembuatan gula aren cair, minyak kelapa kampung, dan proses memasak bahan mentah air nira menjadi gula aren, serta bagaimana pertanian cerdas iklim yang dipraktekkan oleh petani di Desa Ilomata.

Peserta World Rivers Day 2025 mengunjungi kebun dempot. (28/9/2025)

Warga Desa Ilomata Rahman Kasupu (48), mengatakan ada tiga sungai besar di Ilomata. Sungai ibilisi, sungai pilomateya, dan sungai posolo. Selain itu, ada juga puluhan aliran sungai kecil yang tidak jauh dari pemukiman warga.

Rahman menjelaskan banjir yang terjadi di Kota Gorontalo, Suwawa Selatan, Bone Pantai dan kecamatan Bone dan daerah-daerah lain disebabkan oleh kerusakan hutan yang menyebabkan air sungai meluap tak terkendali.

“Kami selaku warga Desa Ilomata akan menjaga hutan, menjaga sungai agar tidak terjadi kerusakan,” kata Rahman saat diskusi Menyelamatkan Mentawai Dari Keserakahan di kantor Desa Ilomata, pada peringatan hari sungai.

Meskipun kondisi sungai masih terawat, Rahman tetap saja was-was dengan potensi kerusakan hutan seperti yang terjadi di Tuloa, Mongiilo dan Owata. Tiga desa tetangga yang masuk dalam proyek strategi nasional pembangunan waduk bulango ulu.

Rahman dan juga masyarakat desa Ilomata turut serta menyaksikan film dokumenter liputan investigasi kolaborasi Depati Project di Mentawai, Sumatera Barat. Film berdurasi 20 menit 55 detik itu diputar dan menjadi bahan diskusi masyarakat.

“Yang ada sekarang adalah pembangunan waduk. Mungkin ke depan ada perusahan-perusahan lain. Mungkin ada pertambangan yang tidak kami ketahui masuk di Desa Ilomata tercinta ini,” terangnya.

Selain Paman, Rahman Mooduto (28)  merupakan petani penggerak di Desa Ilomata juga mengungkapkan kekhawatiran serupa. Menurutnya yang terjadi di Mentawai, bisa terjadi di Ilomata. Perusahan masuk merebut ruang hidup masyarakat, merusak hutan, mencemari air.

“Ketika ada perusahaan masuk, kita harus tolak, bukan hanya masyarakat yang menolak, pemerintah juga harus menolak,” tegas Rahman Mooduto atau yang biasa disapa Parman saat menjadi narasumber pada diskusi dan pemutaran film dokumenter.

Parman merupakan petani yang sudah meninggalkan pertanian monokultur jagung yang sudah puluhan tahun dilakukan oleh warga Ilomata. Sejak tahun 2023, Parman mulai menerapkan pertanian cerdas iklim. Selain itu, Ia juga terlibat aktif dalam melakukan patroli di kawasan taman nasional yang juga digagas oleh Japesda sejak tiga tahun terakhir. Dirinya menilai kerusakan hutan akibat industri juga akan berpengaruh pada hasil panen, kualitas udara, dan air.

Sementara itu, Direktur JAPESDA Nurain Lapolo menjelaskan saat ini kerusakan hutan juga berpengaruh dengan kualitas air di sungai. Penyebabnya beragam mulai dari aktivitas pertambangan, industri ekstraktif, juga proyek strategis nasional yang saat ini sedang dalam tahap pekerjaan.

Meskipun begitu, Ain melihat sungai-sungai di Desa Ilomata masih sehat dan belum terkontaminasi mikroplastik. Terpilihnya Desa Ilomata dipilih sebagai lokasi perayaan hari sungai internasional selain sebagai bentuk dan upaya mendorong kelestarian sungai.

“Desa Ilomata ini adalah desa penyangga, mari kita jaga bersama agar tidak terjadi kerusakan hutan dan kerusakan daerah aliran sungai,” imbunya.

Diketahui 90 persen Daerah Aliran Sungai (DAS) di Gorontalo dikategorikan kritis. Meskipun sebagian besar wilayah sungai di Provinsi Gorontalo masuk dalam kategori kritis, kondisi justru berbanding terbalik dengan sungai yang ada di Desa Ilomata.

Guru besar Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Fitryane Lihawa dalam orasi ilmiah menyoroti adanya degradasi lingkungan di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam dua dekade terakhir mengalami peningkatan yang masif. Pada orasi ilmiah pada bulan Juni 2025 itu, disebutkan luas lahan yang masuk pada kategori sangat kritis mengalami lonjakan empat kali lipat dalam kurun waktu 16 tahun terakhir. Tahun 2004 terdapat 65.414 hektar, angka itu kian meningkat menjadi 259.483 di tahun 2020. 

Di Provinsi Gorontalo terdiri atas 108 DAS. Sedikitnya ada tiga wilayah yang mempunyai sungai besar, yang terletak di Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo terdapat 20 aliran sungai, sementara wilayah sungai randangan terdapat 14, dan wilayah sungai Limboto-Bulango-Bone terdapat 74 aliran sungai. Seluruhnya bermuara di Teluk Tomini.***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *