UWEDIKAN− Kesehatan menjadi salah satu landasan utama untuk beraktifitas dan produktif. Penunjang utama ini tentu saja tidak akan serta merta terbangun sendiri, ada hal lain yang perlu untuk dijaga dan dipelihara dengan baik, seperti pola makan yang bergizi dan seimbang, gaya hidup, dan lain sebagainya.
Di Desa Uwedikan sendiri, mata pencarian utama masyarakat adalah nelayan, hampir sama seperti pekerjaan lain yang membutuhkan ketekunan, nelayan juga akan memilih melaut hampir setiap harinya. Ketekunan ini dilakukan dengan waktu-waktu yang sudah terjadwal, turun ke laut di pagi hari dan pulang ketika sudah petang. Tak ayal, banyak juga nelayan yang memilih untuk berhari-hari di lautan, demi mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak. Ketekunan dalam bekerja ini, tidak diimbangi dengan pemenuhan gizi dan makanan yang cukup.
Contoh terdekat yang paling sering ditemukan dalam pola hidup nelayan adalah, kurangnya komsumsi seimbang untuk makanan harian ketika akan pergi melaut. Pun ketika pulang melaut, nelayan juga akan memilih untuk menjual sebagian hasil tangkapan atau bahkan semuanya, alih-alih memilih untuk mengomsumsi ikan tersebut. Tentu saja pilihan ini diambil untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumsi harian, membayar utang, dan menutupi kebutuhan lain.
Lingkaran ironi ini tentu saja tidak berujung, pendapatan nelayan walaupun dirasa tinggi tetap saja tidak mampu untuk menghidupi keseharian nelayan. Sehingga pemenuhan kebutuhan makan, beralih dari sayur mayur dan ikan. Berganti ke hal yang lebih instan dan tergolong murah, seperti telur dan mie instan.
Hal ini terjadi juga pada Saman, seorang nelayan ikan batu di Desa Uwedikan. Saman mengaku, separuh dari tangkapannya atau bahkan biasanya semua tangkapannya akan ia jual, uang hasil penjualan akan dia gunakan untuk membeli keperluan-keperluan rumah tangga.
“Kalau tidak dijual, lalu bagaimana anak istri mau makan?” tanyanya.

Nur Syamsiar salah seorang dokter di puskesmas Hunduhon, Luwuk timur, Banggai, Sulawesi Tengah mengungkapkan bahwa, ada hubungan yang jelas antara pola makanan yang dikonsumsi oleh nelayan, dan dampaknya pada kesehatan nelayan itu sendiri.
“Dari pemeriksaan kami, banyak nelayan yang menderita tekanan darah tinggi dan kolestrol, tentu saja ini berhubungan dengan pola hidup dan makanan yang dikonsumsi oleh nelayan,” ujar Nur.
Melihat hal ini, Japesda bekerja sama dengan Puskesmas Hunduhon melakukan pemeriksaan secara berkala mengenai kesehatan nelayan, hal ini dikemas dalam bentuk penyuluhan kesehatan kepada nelayan serta pemeriksaan kesehatan. Hampir setahun belakangan, pihak Puskesmas Hunduhon dan kader akan bersama-sama melakukan pemeriksaan berupa: asam urat, kolestrol, gula, tekanan darah, dan penyakit-penyakit lain. Selesai pemeriksaan nelayan akan diresepkan obat-obatan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Bukan hanya pemeriksaan, pihak puskesmas juga akan melakukan penyuluhan mengenai edukasi penyakit dalam jangka waktu per tiga bulan. Terbaru, di Selasa 21 April 2025, dilakukan penyuluhan mengenai edukasi penyakit diare dan hiperkolesterolemia. Dari pemeriksaan terakhir ditemukan bahwa penyakit yang paling banyak ditemukan adalah: tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi dan nyeri otot.
“Dari kegiatan pemeriksaan ini saya sadar bahwa kesehatan ternyata sangat penting untuk kami nelayan,” hal ini diungkapkan oleh Saman, Saman menderita kolestrol yang tinggi, setelah melakukan pemeriksaan berkala beberapa kali, kolestrol Saman yang awalnya berada di angka 335 mg/dL, diberikan obat-obatan dan resep dokter. Di pemeriksaan terakhir kolestrol Saman turun di angka 120 mg/dL dan tergolong normal. **