
ILOMATA – Pekarangan rumah Khadija Maino tampak hijau penuh beragam sayur mayur, bumbu dapur dan buah-buahan. Tanaman berjajar vertikal rapi dan tumbuh sehat. Cabai rawit merah, terong, tomat, jahe, kunyit, serai, alpukat dan pisang tanduk tumbuh subur di lahan kurang lebih 10×12 meter.
“Saya bikin bedengan, lalu saya tanam sayur-sayuran. Beberapa bibit dari japesda, sisanya dari saya sendiri,” kata perempuan 62 tahun itu.
Khadija merupakan salah satu warga Warga Desa Ilomata, Kecamatan Bulango Ulu, Kabupaten Bone Bolango. Tiga tahun terakhir ia sudah menerapkan pertanian agroforestri. Model bertani monokultur jagung perlahan ia tinggalkan. Bukan hanya itu saja, ia juga sudah memanfaatkan lahan kosong di halaman rumahnya.
“Sebelumnya ini kosong. Tidak ditanami apa-apa,” Khadija menunjuk halaman rumahnya yang kini ditumbuhi berbagai macam sayur-sayuran.
Khadija adalah salah seorang petani perempuan yang menjalankan program kebun dapur hidup yang diperkenalkan oleh Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (JAPESDA) sejak beberapa bulan terakhir. Awalnya ia mengira menanam di halam rumah membutuhkan perawatan ekstra.
“Ternyata menanam di halam rumah lebih hemat, bahan masakan tidak beli lagi. Semua dipetik dari kebun samping rumah,” terang Khadija.
Kini ia tidak lagi membeli sayur mayur. Semua ia petik dari kebun sendiri di samping rumahnya. Perawatan kebun dapur juga menurut Khadija terbilang sangat mudah. Ia menggunakan kompos serta pestisida alami. Pembuatan pestisida alami juga ia ketahui setelah japesda melakukan pendampingan di Ilomata sejak tiga tahun lalu.
“Saya tidak pakai bahan kimia, jadi sehat dan aman untuk konsumsi keluarga,” imbuhnya.
Fasilitator JAPESDA di Desa Ilomata, Zainudin, mengatakan bahwa, program ini tidak hanya sekadar mengenalkan konsep pertanian berbasis agroforestri kepada warga. Lebih dari itu, masyarakat juga dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam bertani yang diharapkan mampu meningkatkan hasil panen mereka ke depan.
“Untuk kebun dapur sendiri kita perkenalkan awal tahun 2025, tidak lama setelah hari raya idul fitri. Semenjak ada kebun di pekarangan mereka tidak lagi membeli sayur-sayuran, sesuai harapan kami mendorong ketahanan pangan keluarga,” kata Zainudin.
Zainudin menambahkan Desa Ilomata merupakan salah satu desa penyangga kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Sebagian besar masyarakat di sana merupakan petani jagung. Kehadiran japesda memperkenalkan pertanian cerdas iklim.
“Desa Ilomata diberkahi tanah yang subur, sementara itu banyak bukit yang dijadikan lahan pertanian jagung. Kami turun ke masyarakat memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pertanian yang berkelanjutan. Metode bertani yang kami perkenalkan adalah terasering, tumpang sari,” pungkasnya.*