Japesda- Sebanyak 11 pelampung dan 18 bendera hilang di area belakang Pulau Torosiaje Kecil dan Pulau Torosiaje Besar di bagian barat dan timur, Desa Torosiaje, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Pelampung dan bendera yang hilang, merupakan salah satu atribut penunjang dalam proses penutupan area tangkap gurita, kedua atribut ini digunakan sebagai penanda fisik atas laut yang menandakan lokasi area tangkap gurita yang saat ini sedang ditutup.
Menindak lanjuti hilangnya kedua atribut ini di beberapa titik, Selasa, 11 November nelayan yang tergabung dalam kelompok Sipakullong melakukan penggantian atribut yang hilang dengan atribut yang baru. Penggantian atribut ini dilakukan sekaligus dengan melakukan patroli dan pengawasan area tangkap gurita yang sedang ditutup.
Menurut pengakuan Husain Onte selaku nelayang gurita sekaligus Badan Pengawas Kelompok Sipakullong, atribut penanda ini sudah beberapa kali dilakukan perbaikan ataupun diganti. Husain juga menambahkan bahwa penyebab utama hilang dan rusaknya atribut dan bendera adalah cuara buruk yang belakangan terjadi di desa mereka.
“Kami sudah beberapa kali melakukan perbaikan maupun mengganti pelampung dan bendera yang sudah hilang. Biasanya hal seperti ini bisa terjadi karena angin kencang, kecepatan arus laut, hujan dan panasnya matahari.”
Hilangnya pelampung dan bendera awalnya diketahui dari temuan-temuan yang dikumpulan selama satu bulan belakangan oleh nelayan Kelompok Sipakullong yang sedang melakukan patroli dan pengawasan. Dari data yang dihimpun tercatat ada 93 temuan aktivitas nelayan di area tangkap gurita yang sedang ditutup. Aktivitas- aktivitas ini semuanya tidak ditemukan pelanggaran. Dalam proses pendataan nelayan, selain aktivitas yang terjadi si lokasi penutupan, nelayan juga mencatat cuaca yang terjadi saat patroli dan pengawasan berlangsung.
Saat melakukan patroli dan pengawasan, cuaca adalah salah satu tantangan tersendiri bagi anggota Kelompok Sipakullong. Cuaca buruk yang tidak menentu seperti ini nantinya akan berakibat fatal terhadap nelayan kelompok jika memaksakan diri untuk tetap turun melakukan patrol. Menurut Ahmat Sairullah selaku anggota Kelompok Sipakullong, perlu untuk mengamati terlebih dahulu kondisi cuaca dengan baik sebelum memutuskan untuk melakukan patrol dan pengawasan.
“Biasanya tiba-tiba angin kencang jadi laut berarus dan berombak besar, kalau sudah seperti itu kami akan kesulitan untuk turun patrol.”
Bulan-bulan penghujung tahun seperti ini, menurut Ahmat akan berjalan panjang dan biasanya dibarengi dengan cuaca tidak menentu. Cuaca seperti ini akan terus berlanjut hingga awal Januari tahun 2025. Maka dari itu menurutnya hal-hal seperti ini perlu disiasati lebih awal.
“Walaupun saat ini tantangan kita adalah cuaca, namun kita tetap harus meningkatkan pengawasan agar tidak mengalami kecolongan,” ungkapnya.**