Japesda

Perempuan, laut dan gurita: cerita buka tutup pengelolaan perikanan di desa

Japesda- 30 November 2024, pukul 05.00 wita, Alci baru saja bangun. Pagi itu ia sudah membuat deretan-deretan aktivitas yang akan dia lakukan seharian penuh. Selepas bangun ia pergi mencuci muka, mengikat rambut dan memasuki dapur. Memasak tentu saja adalah rutinitas pembuka di hari ini.

Alci adalah salah satu nelayan gurita di Desa Kadoda, sebagai nelayan perempuan, tentunya ada hal-hal bersifat domestik yang perlu untuk Alci selesaikan dulu sebelum dia mencari nafkah dengan berlayar di lautan lepas Desa Kadoda.

Seperti pagi ini, dapur rumahnya sudah mengepulkan asap, sembari memasak Alci melakukan pekerjaan rumah lain seperti menyapu lantai dan bersih-bersih.

Masakan selesai, rumah sudah bersih dan rapi.

Jam 06.30, Alci mengambil alat tempurnya. Dua buah besi panjang dan ramping berukuran 1 meter, dengan ujung yang runcing. Alat ini biasa disebut tombak gurita, alat untuk menangkap gurita.

Setelah dibersihkan, Alci berpindah ke berangkas tempat dia menyimpan perkakas, mengambil perkakas yang diperlukan untuk mesin perahu.

“Untuk jaga-jaga saja, saya selalu membawa kunci-kunci (perkakas) untuk mesin perahu,” ujarnya tersenyum.

Alat tangkap sudah siap, perkakas sudah siap, persiapan terakhir adalah mempersiapkan bensin untuk bahan bakar mesin kapal.

Jam 07.15 wita, berbekal nasi dan lauk yang sudah ia masak sebelumnya, Alci mulai menyalakan mesin dan perahunya perlahan-lahan menjauh dari perkampungan.

***

08 Desember 2024, pukul 05.00. Bau harum menyeruak dari dapur milik Arjuna, pagi itu seperti biasa, ketika azan berkumandang, Arjuna segera bangun dan bercengkrama dengan bahan-bahan makanan yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Memasak adalah rutinitas pembuka hari ini, selepas memasak, Arjuna beralih ke pekerjaan domestik lain seperti membersihkan rumah, dan mempersiapkan pakaian sekolah yang akan dipakai anaknya.

Arjuna adalah salah satu nelayan gurita dari Desa Uwedikan yang aktif melaut sejak dirinya masih berusia dini. Sebagai nelayan perempuan, hal-hal mendasar mengenai rumah, menurut Arjuna adalah tanggung jawabnya. Penting untuk Arjuna menyiapkan banyak hal sebelum ia meninggalkan rumah dan pulang kembali di siang hari.

“Ketika melaut saya pergi hampir seharian, pulang paling cepat jam 1 siang, kalau tidak ada makanan bagaimana anak dan suami mau makan?” Ujarnya.

06.00 wita, memasak dan membersihkan rumah selesai.

Arjuna beralih ke peralatan tangkap gurita miliknya. Dalam menangkap gurita, Arjuna biasanya menggunakan gara-gara, sebuah alat tangkap tradisional yang terdiri dari atraktor berbentuk badan gurita, dilengkapi dengan rumbai-rumbai pada bagian kepala dan badan, rumbai-rumbai ini berfungsi untuk menarik perhatian gurita dari persembunyiannya di celah-celah terumbu karang.

Di bagian tengah gara-gara, akan Arjuna selipkan sebilah mata pancing, mata pancing ini nantinya berguna untuk mengait gurita yang sudah dikelabui sebelumnya dengan tentakel-tentakel palsu milik gara-gara.

Selepas menyiapkan gara-gara dan mata pancing, Arjuna beralih ke kotak obat, mengecek obat-obat pertolongan pertama yang akan membantunya jika keadaan darurat melanda. Bagi Arjuna, perairan lepas Desa Uwedikan adalah temannya, tapi kadangkala ketika temannya ini (laut) mengalami cuaca buruk, penting untuk mempersiapkan obat-obatan.

“Sekarang laut sudah susah diprediksi, kadang cerah tapi tiba-tiba berangin, atau tiba-tiba hujan dan berombak, jadi saya selalu menyediakan obat-obatan untuk jaga-jaga saja,” tambahnya lagi sembari tersenyum.

07.30 wita, semua perlengkapannya sudah siap, selepas mengisi bahan bakar, Arjuna pamit dan menaiki perahunya, tali pengikat dia lepas, jangkar dia angkat. Perahu perlahan-lahan meninggalkan perkampungan, tenang saja hari ini perbekalan siap menjadi teman ketika cuaca tak menentu Uwedikan melanda.

***

Perahu Alci dan Arjuna di hari yang berbeda,  bergabung dengan perahu nelayan lain yang sedang berkumpul untuk melakukan pembukaan area tangkap gurita di desa mereka masing-masing.

Pembukaan area tangkap ini adalah pembukaan lokasi tangkap gurita setelah tiga bulan lamanya mereka berpuasa menangkap gurita. Sebelumnya lokasi-lokasi tertentu yang telah mereka sepakati akan dilakukan pengistirahatan dan jeda untuk memberikan waktu kepada gurita berkembang biak dan bertumbuh.

Tentunya dengan adanya penutupan ini, besar harapan Alci dan Arjuna untuk mendapatkan tangkapan yang lebih besar dan lebih banyak.

“Semoga hari ini bisa dapat banyak gurita,” ucap Alci.

Selepas acara seremonial, para nelayan di dua desa ini lalu mengangkat jangkar-jangkar kapal mereka, dan berlayar dengan harapan dan doa-doa.

***

Pagi di perairan Kadoda. Hujan deras mulai menyapa permukaan laut, ombak mulai sedikit garang. Tapi tidak mematahkan semangat Alci dan teman-teman nelayan lain yang juga ikut dalam pesta pembukaan mereka.

Perahu-perahu terlihat miring, di area Reef Dambulalo dan Reef Kadoda, dua area yang sebelumnya disepakati sebagai area penutupan tangkap gurita. Perahu-perahu miring ini masing-masing ditunggangi oleh nelayan penangkap gurita yang tengah menggunakan kaca mata selam tradisional, setengah badan mereka menengok ke dalam air, memantau gurita-gurita yang ada di terumbu karang.

Alci pun melakukan hal yang sama, dengan sabar ia memantau targetnya di perahu.

***

“Masih banyak gurita yang kecil,” ujar Arjuna.

Arjuna dan nelayan lain sebelumnya telah melakukan kesepakatan ketika pembukaan terjadi, gurita kecil yang masuk dalam tangkapan mereka akan dikembalikan ke laut.

Pagi itu, Arjuna dan teman-temannya berpencar di lima titik lokasi, titik Tanjung Balean, Balean Dalam, Putean, Marabakun, dan Pulau Panjang. Kelima titik ini sebelumnya adalah titik lokasi yang disepakati akan ditutup.

Arjuna nampak memantau dengan kacamata selam miliknya, nihil, tak ada gurita yang ia tangkap hari itu.

“Ada beberapa yang terlihat tapi terlalu jauh, bulan-bulan seperti ini gurita belum naik, belum musim,” ujar Arjuna.

Pembukaan berjalan selama dua jam, selama dua jam memantau Arjuna tidak menangkap apapun. Namun ada juga beberapa nelayan lain yang mendapatkan gurita dengan bobot terbesar 1,1 kilogram.

“Yang lain ada yang dapat besar tapi tidak banyak,” lanjutnya.

Total penangkapan selama 2 jam di Desa Uwedikan menghasilkan 5 ekor gurita dengan total bobot mencapai 7 kilogram.

***

Pertemuan antara badan perahu dan tubuh gurita menghasilkan cipratan air rendah di samping Alci. Alci tersenyum setelah hampir 2 jam memantau akhirnya ia berhasil memanah seekor gurita gemuk berbobot hampir 2 kilogram.

“Di bawah masih banyak gurita, tapi arusnya kencang,” ucap Alci.

Alci kembali menyiapkan tombak gurita miliknya, karena menggunakan tombak berukuran 1 meter, Alci lebih memilih untuk mencari gurita di area-area terumbu karang yang lebih dangkal, agar mampu menangkap dengan maksimal.

Hari sudah mulai petang, perjalanan kembali ke desa harus ditempuh cukup jauh. Alci harus puas dengan tangkapnya yang tidak memuaskan.

“Hasil penjualan gurita ini suda bisa beli beras sama lauk untuk besok,” sambungya sembari menengok tangkapan miliknya di lambung perahu.

Perahu itu, bukan milik Alci, itu adalah perahu bantuan untuk nelayan yang digunakan secara bergiliran. Besok Alci harus mencari perahu nelayan lain untuk menumpang, karena besok perahu yang ia gunakan saat ini akan digunakan oleh nelayan lain.

Pada pesta pembukaan di Desa Kadoda, selama tiga hari berturut-turut Alci dan nelayan lain menangkap sebanyak 270 ekor gurita dengan bobot keseluruhan mencapai 257 kilogram.

***

Menjelang petang, Alci dan Arjuna di dua tempat dan hari yang berbeda pulang ke rumah mereka masing-masing, pekerjaan rumah, mengurusi anak dan suami sudah menunggu mereka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *